Landasan Pengembangan Kurikulum

Thursday, February 14th, 2013

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang berperan penting dalam pendidikan. Oleh karena itu kurikulum harus dikembangkan berdasarkan asas-asas tertentu. Fungsi asas atau landasan pengembangan kurikulum adalah seperti fondasi dalam sebuah bangunan. Untuk mendapatkan bangunan yang kokoh tentu saja diperlukan fondasi yang kokoh juga agar bangunan tersebut dapat berdiri kuat, tidak mudah roboh ketika diterpa angin kencang. Begitupula dalam pendidikan, jika kurikulum memiliki landasan yang kuat maka apa yang telah disusun pada awalnya akan berjalan sesuai dengan tujuan akhirnya dan tidak akan mudah goyah dengan hal-hal lain yang dapat menggoyahkan sistem dalam pendidikan ini.

Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya. Orientasi pengembangan kurikulum menurut Seller menyangkut enam aspek, yaitu:

  1. Tujuan pendidikan menyangkut arah kegiatan pendidikan. Artinya, hendak dibawa ke mana siswa yang kita didik itu;
  2. Pandangan tentang proses pembelajaran: apakah anak dianggap sebagai organisme yang aktif atau pasif;
  3. Pandangan tentang proses: apakah proses pembelajaran itu dianggapa sebagai proses transformasi ilmu pengetahuan atau mengubah perilaku anak;
  4. Pandangan tentang lingkungan: apakah belajar harus dikelola secara formal, atau secara bebas yang dapat memungkinkan anak bebas belajar;
  5. Konsepsi tentang peranan guru: apakah guru harus berperan sebagai instruktur yang bersifat otoriter, atau guru dianggap sebagai fasilitator yang siap member bimbingan dan bantuan pada anak untuk belajar;
  6. Evaluasi belajar: apakah mengukur keberhasilan ditentukan dengan tes atau nontes.

Robert S.Zais (1976) mengemukakan empat landasan pengembangan kurikulum. Yaitu: Philosophy and the nature of knowledge, society and culture, the individual, dan learning theory. Dengan berpedoman pada empat landasan tersebut, maka perancangan dan pengembangan suatu bangunan kurikulum yaitu pengembangan tujuan (aims, goals, objective), pengembangan isi/materi (content), pengembangan proses pembelajaran (learning activities), dan pengembangan komponen evaluasi (evaluation), harus didasarkan pada landasan filosofis, psikologis, sosiologis, serta ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

  1. Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum membahas dan mengidentifikasi landasan filsafat dan implikasinya dalam mengembangkan kurikulum. Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum ialah asumsi-asumsi atau rumusan yang didapatkan dari hasil berpikir secara mendalam, analitis, logis, dan sistematis (filosofis) dalam merencanakan, melaksanakan, membina dan mengembangkan kurikulum.

Menurut Redja Mudyahardjo (1989), terdapat tiga sistem pemikiran filsafat yang sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan yaitu filsafat idealisme, realisme, dan fragmatisme. Menurut filsafat idealisme bahwa kenyataan pada hakikatnya adalah spiritual daripada bersifat fisik, bersifat mental daripada bersifat material.

Menurut filsafat idealisme, manusia adalah mahluk yang cerdas dan bertujuan, tujuan pendidikan harus dikembangkan pada upaya pembentukan karakter, pembentukan bakat insani dan kebajikan sosial sesuai dengan hakikat kemanusiaannya. Isi kurikulum dirancang untuk mengembangkan kemampuan berpikir manusia, menyiapkan keterampilan bekerja yang dilakukan melalui program dan proses pendidikan secara praktis. Implikasi bagi para pendidik yaitu bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi terselenggaranya pendidikan.

 Filsafat realisme boleh dikatakan kebalikan dari filsafat idealisme, dimana menurut filsafat realisme memandang bahwa dunia adalah bersifat materi. Mengingat segala sesuatu bersifat materi maka tujuan pendidikan hendaknya dirumuskan terutama diarahkan untuk melakukan penyesuaian diri dalam hidup dan melaksanakan tanggung jawab sosial. Isi kurikulum lebih efektif diorganisasikan dalam bentuk mata pelajaran karena memiliki kecenderungan berorientasi pada mata pelajaran. Implikasi bagi para pendidik, pendidik harus menguasai tugas-tugas yang terkait dengan pendidikan khususnya dengan pembelajaran, seperti penguasaan terhadap metoda, media dan strategi serta teknik pembelajaran.

Filsafat fragmatisme memandang bahwa kenyataan tidaklah mungkin dan tidak perlu. Kenyataan yang sebenarnya adalah kenyataan fisik, plural dan berubah (becoming).  Tujuan pendidikan lebih diarahkan pada upaya untuk memperoleh pengalaman yang berguna untuk memecahkan masalah baru dalam kehidupan individu maupun sosial. Implikasinya ialah harus memuat pengalaman-pengalaman yang telah teruji yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Landasan filosofis pendidikan nasional, landasan pendidikan di Indonesia adalah sesuai dengan kandungan falsafah Pancasila itu sendiri.

Manfaat filsafat pendidikan menurut Nasution (1982): Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa ke mana anak-anak melalui pendidikan di sekolah?, mendapat gambaran yang jelas tentang hasil yang harus dicapai melalui filsafat yang kita anut ini, memberi kesatuan yang bulat kepada segala usaha pendidikan, tujuan pendidikan memungkinkan si pendidik menilai usahanya, hingga manakah tujuan itu tercapai, tujuan pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi kegiatan-kegiatan pendidikan.

 

  1. Landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum membahas dan mengidentifikasi landasan psikologis dan implikasinya dalam pengembangan kurikulum. Dalam landasan psikologis pengembangan kurikulum, terdapat dua hal yang harus diperhatikan yakni psikologi belajar dan psikologi perkembangan. Psikologi belajar memberikan sumbangan terhadap pengembangan kurikulum terutama berkenaan dengan bagaimana kurikulum itu diberikan kepada siswa dan bagaimana siswa harus mempelajarinya, berarti berkenaan dengan strategi pelaksanaan kurikulum.

Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi kurikulum yang diberikan kepada siswa, baik tingkat kedalaman dan keluasan materi, tingkat kesulitan dan kelayakannya serta kebermanfaatan materi senantiasa disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta didik.

Macam-macam pendapat mengenai perkembangan anak: Rousseau percaya bahwa anak harus belajar dari pengalaman langsung, artinya campur tangan pendidikan tidak terlalu mendominasi, pendapat lain bahwa perkembangan anak adalah hasil dari pengaruh lingkungan (teori Tabularasa dengan tokohnya yaitu John Locke), ada juga yang mengatakan bahwa perkembangan anak itu merupakan hasil perpaduan antara pembawaan dan lingkungan(Aliran konvergensi dengan tokohnya William Stern, pandangan yang terakhir adalah teori tugas-tugas perkembangan oleh Havighurst. Dengan tugas-tugas perkembangan ini anak akan berkembang secara kumulatif dari yang sederhana menuju ke arah  yang lebih kompleks. Implikasinya terhadap perkembangan kurikulum adalah setiap anak diberi kesempatan untk berkembang sesuai dengan bakat, minat dan kebutuhannya, disamping disediakan pelajaran yang bersifat umum yang wajib dipelajari, disediakan pula pelajaran yang sesuai minat siswa, kurikulum disamping menyediakan bahan ajar kejuruan juga menyediakan bahan ajar yang bersifat akademik. Bagi anak yang berbakat di bidang akademik diberi kesempatan melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya, kurikulum memuat tujuan-tujuan yang mengandung pengetahuan, nilai/sikap, dan keterampilan yang menggambarkan keseluruhan pribadi yang utuh lahir dan batin.

 Psikologi belajar merupakan suatu cabang ilmu yang mengkaji bagaimana individu belajar. Teori belajar yang berkembang pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga rumpun: teori daya, behaviorisme, organismik atau cognitive gestalt field. Menurut teori daya, anak dari sejak lahir sudah memiliki potensi, potensi-potensi ini yang selnajutnya akan dilatih dalam proses pembelajaran. Menurut teori behaviorisme, individu tidak membawa potensi sejak lahir, perkembangan individu ditentukan oleh lingkungannya. Menurut teori organismik, manusia dianggap sebagai organisme yang melakukan timbal balik  dengan lingkungan secara keseluruhan. Belajar menurut teori ini bukan menghafal melainkan dapat memecahkan masalah dan metode yang digunakan adalah metode ilmiah dengan cara anak dihadapkan pada suatu masalah

 

  1. Landasan sosiologis dan IPTEK membahas dan mengidentifikasi landasan sosiologis, ilmu pengetahuandan teknologi serta implikasinya dalam mengembangkan kurikulum. Landasan sosiologis, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengembangkan kurikulum. Manusia sebagai mahluk yang berbudaya, hendaklah tidak meninggalkan budayanya sendiri. Dengan ini kurikulum dibuat untuk menyadarkan manusia agar menjaga budayanya dan melestarikannya. Seiring berkembangnya teknologi maka kurikulum pun harus menyesuaikan dengan perkembangan ini agar siswa dapat bersaing di dunia global ini.

Becher dan Maclure (Cece Wijaya, dkk.1988) menyebutkan 6 dimensi pendekatan nasional dalam perkembangan kurikulum di suatu Negara, yaitu: kerangka acuan yang jelas tentang tujuan nasional dihubungkan dengan program pendidikan, hubungan yang erat antara pengembangan kurikulum nasional dengan reformasi sosial politik negara, mekanisme pengawasan (kontrol) dari kebijakan kurikulum yang ditempuh, mekanisme pengawasan dari pengembangan dan aplikasi kurikulum di sekolah, metode ke arah pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan, penelaahan derajat desentralisasi (degree of decentralization) dari implementasi kurikulum di sekolah

 

 

Sumber:

Tim pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2009). Kurikulum & Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kutekpen FIP UPI.

Sanjaya, Wina (2010). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:Kencana

 

Leave a comment